Subsidi Dikurangi, Biaya Haji Berpotensi Lebih Mahal

Kuota haji 2023 sudah ditetapkan. Tahapan berikutnya adalah pembahasan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH). Parlemen menargetkan bulan depan ongkos haji sudah ditetapkan. Biaya pelunasan yang ditanggung calon jemaah, berpotensi lebih mahal dibandingkan musim haji tahun lalu.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR Marwan Dasopang mengatakan saat ini Panitia Kerja (Panja) BPIH 2023 sudah terbentuk. ’’Di Februari nanti (pembahasan biaya haji) harus selesai,’’ katanya kemarin (9/10). Politisi PKB itu mengatakan ada beberapa faktor sehingga pembahasan biaya haji perlu dipercepat.

Di antaranya adalah jadwal penyelenggaraan haji setiap tahunnya selalu maju beberapa hari. Kemudian pembahasan biaya haji harus disegerakan, supaya memberikan waktu kepada calon jemaah haji (CJH) untuk menyiapkan uang pelunasan. Apalagi tahun ini uang pelunasan biaya haji yang harus dibayar CJH berpotensi lebih mahal dibandingkan tahun lalu.

Seperti diketahui, setiap CJH membayar uang muka pendaftaran haji sebesar Rp 25 juta. Kemudian, ketika namanya masuk dalam daftar keberangkatan, jemaah harus melunasi sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Tahun lalu biaya haji ditetapkan pemerintah rata-rata Rp 39,8 juta/orang. Jadi, setiap jemaah membayar uang pelunasan sekitar Rp 15 juta. Nominal riilnya berbeda-beda di setiap embarkasi.

Marwan mengatakan subsidi biaya haji yang diambil dari hasil pengelolaan dana haji di Badan Pengelolaan Keuangan Haji (BPKH) tahun lalu cukup besar. Dia mengungkapkan biaya haji riil tahun lalu sekitar Rp 100 juta/orang. Biaya itu meningkat signifikan dari perhitungan awal, karena mendadak ada kenaikan biaya masyair dari 1.400 riyal menjadi 5.000 riyal.

’’Akibatnya, kita menambah Rp 1,5 triliun dari hasil pengelolaan biaya haji,’’ katanya. Tahun lalu total subsidi dana haji yang digelontorkan BPKH mencapai Rp 10,5 triliun, hanya untuk 92 ribuan jemaah haji reguler. Marwan menegaskan tahun ini penggunaan dana hasil pengelolaan keuangan haji harus dikontrol. Jika tidak maka akan membengkak signifikan. Apalagi kuota haji tahun ini kembali normal sebanyak 221 ribu orang.

Dia menegaskan nominal subsidi dana haji tahun lalu tidak sebanding dengan ongkos yang dibayar CJH.  ’’Itu tidak ideal,’’ katanya. Karena itu, tahun ini besaran subsidi biaya haji tidak akan sebesar tahun lalu sehingga beban yang dibayar jemaah bakal meningkat. Tetapi, menurut Marwan, angka pastinya belum muncul dan Kemenag pun belum menyampaikan usulan awal biaya haji 2023.

Ada beberapa langkah yang dinilai bisa diambil supaya biaya tanggungan jemaah tidak naik tinggi, meskipun subsidi dikurangi. Salah satunya adalah melobi pemerintah supaya bisa menurunkan biaya layanan masyair dari yang saat ini 5.000 riyal menjadi kisaran 3.000 riyal. Terlebih lagi jika mengingat layanan masyair tahun lalu ternyata hampir sama seperti tahun-tahun sebelumnya, meskipun biayanya naik.

Kemudian dia juga meminta Kemenag mencari harga layanan jemaah yang terbaik. Murah, tetapi tidak menghilangkan kualitas layanannya. Layanan dimaksud meliputi hotel, katering, dan transportasi selama di Saudi.

Sementara itu, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas secara resmi menerima dokumen MoU haji 2023 dari pemerintah Arab Saudi di Jeddah kemarin (9/1). Di dalam MoU itu di antaranya mengatur kuota haji 2023 sebanyak 221 ribu orang.

“Indonesia masih mengupayakan agar bisa mendapat tambahan kuota. Misalnya dengan memanfaatkan kuota negara lain yang tidak terserap maksimal,’’ jelasnya.

Di dalam negeri nanti, Yaqut mengatakan pemerintah mengupayakan penyerapan kuota semaksimal mungkin. Serapan itu penting, untuk mengimbangi jumlah pendaftar haji yang terus bertambah sehingga berdampak pada panjangnya antrean haji.

Yaqut mengapresiasi kebijakan pemerintah Saudi yang mengumumkan kuota haji sejak dini. Selain itu, Saudi juga mengajak negara-negara pengirim jemaah haji untuk mengikuti pameran haji di Saudi. Melalui pameran haji tersebut, negara pengirim jemaah bisa langsung melihat dan berinteraksi dengan penyedia layanan perhajian. Dengan demikian, bisa dipilih penyedia layanan dengan harga yang paling baik.

Kembalinya kuota haji ke angka normal menghadirkan tantangan tersendiri, yaitu menjaga kualitas pelayanan kepada jemaah. Yaqut mengatakan tahun lalu indeks kepuasan jemaah haji cukup tinggi di angka 90,45 poin. Naik dibandingkan musim haji 2019 yang tercatat 85,91 poin. Tingginya indeks kepuasan layanan haji 2022 ditengarai juga dipengaruhi jumlah jemaah yang hanya 100 ribuan orang. (wan/pontianakpost)

Read Previous

Kuota Haji 2023 Sebanyak 221 Ribu, Tidak Ada Pembatasan Usia

Read Next

Musda IPHI Singkawang; Tingkatkan Pembinaan Keagamaan dan Haji